Aku Sangat Mencintaimu

Tahukah engkau, Pak?
Ketika engkau lebih suka bercanda dengan wanita lain dibandingkan istrimu. Itu berarti istrimu tidak menarik lagi, karena tiada waktu untuk merawat dirinya.

Jadi, istrimu sangat malas untuk merawat diri?
Sesungguhnya ia sangat rajin merawat belahan hatimu dengan penuh cinta. Istrimu selalu mendahulukan keperluan anak-anak. Dari mulai membersihkan lantai yang kena ompol anak. Maka bajunya juga ikut bau pesing, padahal lima menit sebelum engkau pulang. Istrimu sudah berdandan cantik dan wangi ala putri raja. Tapi apalah daya, badannya kembali bau pesing akibat ompol buah hatinya.

Jangan tanya pada istrimu, “Kenapa rambut berantakan, belum mandi ya?”

Tiap disisir rapi dan mengenakan khimar pink kesukaannya untuk menyambutmu pulang. Anak-anak langsung menariknya kembali ke tempat tidur untuk minta nenen yang berlangsung bisa ribuan detik. Sehingga khimar terlepas dan rambut jadi awut-awutan.

Istrimu juga butuh engkau ajak bercanda, jika perlu godalah dengan rayuan mautmu. Maka semua itu membuatnya bahagia.

Tahukah Engkau, Pak?
Ketika engkau lebih suka menyruput kopi hitam pahit sedikit manis dari racikan teman perempuan di kantor dibandingkan racikan istrimu. Itu berarti istrimu tidak pintar dalam melayani, karena terlalu banyak tenaga yang ia keluarkan selama dirumah.

Jadi, istrimu tidak tahu kebutuhanmu?
Sesungguhnya ia sangat tahu kebutuhanmu, Pak! Coba ingat saat pisau bedah mengambil usus buntu yang sebentar lagi akan pecah akibat terlalu banyak endapan kopi. Ketika masa kritis engkau lalui, hanya istrimu yang selalu mendampingi meskipun perutnya tengah mengandung tujuh bulan. Setelah masa kritis terlewati, istrimu pula yang selalu merawat engkau sampai membersihkan kotoran yang berwarna hitam, berbau bacin yang disertai lendir pasca operasi.

Istrimu selalu mengerti kebutuhan engkau agar selalu sehat. Jangan menolak sesuatu yang istrimu hidangkan.

Cukup ucapkan terima kasih dan kecup keningnya, maka semua itu membuatnya bahagia.

Tahukah Engkau, Pak?
Ketika engkau lebih suka menatap layar gawai dibandingkan wajah istri dan anak-anak. Itu berarti istrimu sudah engkau abaikan. Wajah istrimu tak bisa menentramkan hatimu.

Jadi, istrimu tak berarti bagimu?

***

Bayangkan sejenak,
Engkau pulang ke rumah dengan kondisi ramai tetangga berdatangan. Terdengar suara tangisan anak-anak dari dalam rumah. Tatapan tetangga sejurus mengarah padamu ketika akan memasuki rumah.

“Sabar ya, Pak!” Ucap salah satu tetangga kita sambil menepuk bahumu.
Engkau mencari sosok istri yang biasanya memakai daster kumel, bau pesing dan rambut acak-acakan. Namun, tidak ada juga sosok itu dihadapanmu. Hanya ada orang yang sibuk membaca surat yasin dirumahmu.

Oh apakah hari ini ada pengajian? mungkin saja karena istrimu selama ini hanya berada di rumah atau pergi ke pengajian bersama tetangga.

Terlintas istrimu terlihat sedang berbaring, mengenakan pakaian putih dengan wajah pucat pasi.

Mulai hari ini engkau takkan melihat lagi wanita yang mengenakan daster kumel, bau pesing dan rambut acak-acakan. Mulai hari ini engkau bisa makan dan minum sesuka hati tanpa peduli akan kesehatanmu. Mulai hari ini engkau bebas melihat layar gawai tanpa ada omelan.

***

Tahukah Engkau, Pak?

Aku sangat mencintaimu.

Tinggalkan komentar